FEMILA:
FILTER MIKROPLASTIK CERDAS PADA LAUTAN INDONESIA BERBASIS INTERNET OF THINGS (IOT)
SEBAGAI SOLUSI NYATA MENCEGAH PERUBAHAN
IKLIM PEMANASAN
GLOBAL
Oleh, Heriyanto,S.H.I.
PENDAHULUAN
Sampah
menjadi salah satu penyebab dari berbagai masalah di dunia, diantaranya ialah
pemanasan global. Pemanasan global termasuk krisis iklim yang merugikan dan menjadi
ancaman manusia, lantaran suhu bumi yang menaik (Šomplák et al., 2019).
Selanjutnya sampah juga bisa terdegradasi menjadi lebih kecil lagi yang akan
menjadikannya mikroplastik. Mikroplastik memiliki dampak negatif yang sangat
banyak, terkhususnya di lautan (Vivekanand et al., 2021). Sebagaimana yang kita
ketahui, lautan menjadi tempat penyerapan karbon dioksida dalam jumlah yang
sangat banyak (Yamamoto, A., Abe-Ouchi, A., & Yamanaka, Y., 2018).
Banyaknya
mikroplastik di lautan merupakan awal yang menakutkan bagi perubahan iklim
dunia. Sebagaimana yang dikatakan oleh tim koordinasi sekretariat nasional
penanganan sampah laut bahwa data sementara dari total sampah yang masuk ke
laut pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 521.540 ton dan sekitar 12.785 ton
berasal dari aktivitas laut (Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, 2021). Sebuah penelitian yang
dipimpin oleh peneliti Kyushu University mengemukakan banyaknya mikroplastik
yang telah ditemukan dari seluruh dunia sejak tahun 2000 hingga 2019 ada 24,4
triliun keping atau sekitar 578.000
ton, jumlah tersebut setara dengan sekitar 30 miliar botol air mineral plastik
500 ml dan kemungkinan besar jumlah sebenarnya akan jauh lebih banyak (Isobe et
al., 2021). Jumlah sampah yang sangat banyak
tersebut pada akhirnya akan tertandingi oleh banyaknya ikan di lautan.
Diperkirakan pada tahun 2025 rasio
jumlah plastik terhadap
ikan laut adalah 1:3
dan pada
tahun 2050 jumlah sampah akan lebih banyak di lautan (Ilyasa, R. M. A., 2020). Dengan melimpahnya sampah
dan mikroplastik di lautan, tentu banyak sekali dampak buruk yang terjadi baik
itu bagi lautan dan ekosistem didalam nya. Akibat yang terjadi jika biota laut
tertelan sampah dan mikroplastik ialah mengakibatkan penghambatan dalam penetasan telur dan pertumbuhan larva, pengurangan tingkat aktivitas, merusak beberapa struktur
organ dan jaringan pada ikan hingga kematian (Egbeocha et al., 2018).
Ketika
ekosistem laut lebih sedikit jumlahnya daripada sampah di lautan, maka akan
berakibat pada penurunan fungsi laut sebagai penyerapan karbon dioksida. Dimana
karbon dioksida menjadi salah satu gas yang ikut menyumbang efek rumah kaca,
dan efek rumah kaca yang berlebihan akan menyebabkan perubahan iklim di
Indonesia dan dunia (Yamamoto, A., Abe-Ouchi, A., & Yamanaka, Y., 2018).
Beranjak dari kondisi ini, penulis mengusulkan sebuah perancangan inovasi
berbasis internet of things bernama FEMILA yang
bertujuan untuk mengurangi mikroplastik di lautan, dengan tujuan utama
teknologi hijau guna mengurangi dampak pemanasan global.
ISI
Sebagaimana yang kita ketahui, muara
merupakan perbatasan antara sungai dan laut yang menjadi tempat utama lalu
lintas nya sampah yang akan masuk ke samudera. Jika kita dapat memanfaatkan
muara dengan baik, maka lautan dapat terjaga dan krisis iklim pun dapat
teratasi. Penjelasan mengenai alat-alat yang digunakan dalam pengembangan
FEMILA sebagai berikut:
•
Sensor ultrasonic HC-SR04 Sensor yang bekerja dengan
mengeluarkan pantulan gelombang suara kemudian pantulan tersebut
diterima dan diproses untuk mengetahui jarak antara sensor dengan objek
(sampah). Gelombang ini dibangkitkan dengan piezoelektrik dengan frekuensi tertentu.
•
Modul SIM808
SIM808 berfungsi untuk mendapatkan data GPS dan mengirimkan data ke internet, ini digunakan untuk
mendapatkan posisi atau lokasi yang dituju. Modul
SIM808 membutuhkan Arduino
sebagai hardware dalam perancangannya.
•
Google
firebase Firebase adalah penyedia layanan real time database dan backend yang
saat ini dimiliki oleh Google. Google Firebase terdapat fitur firebase real
time database dengan kelebihannya adalah dapat menyimpan data secara lokal
ketika tidak ada akses internet, kemudian melakukan sync data segera setelah
mendapatkan akses internet.
•
Web server
Server atau web server adalah sebuah software yang berfungsi sebagai penerima
permintaan yang dikirimkan melalui browser kemudian memberikan tanggapan
permintaan dalam bentuk halaman situs web atau lebih umumnya dalam dokumen
HTML. Fungsi utama nya untuk melakukan atau mentransfer berkas permintaan
pengguna melalui protokol komunikasi yang telah ditentukan sedemikian rupa.
•
Bulk
acoustic wave Bulk acoustic wave adalah filter yang terbuat dari material piezoelektrik
berupa kristal quartz yang terletak diantara dua lapisan elektrode. Dengan
struktur ini gelombangkan akan merambat vertikal pada seluruh bagian
piezoelektrik. Filter BAW beroperasi pada rentang frekuensi diatas 1.5 GHz dan
tidak sensitive terhadap perubahan suhu.
Penjelasan mengenai gambar
diatas:
1.
Tahap
preliminary treatment, tahap ini di design
untuk menampung sampah yang terlihat oleh mata telanjang. Bagian ini
terdapat sistem drainase yang berfungsi untuk mencegah meluapnya air disana.
Setelah itu diberikan jaring sebesar 3 cm x 4cm, berfungsi untuk menampung dan
menjaga sampah agar tetap berada pada area tersebut. Selanjutnya terdapat sensor
ultrasonik yang digunakan untuk mendeteksi ketika sampah telah penuh. Dan juga
terdapat modul SIM808 yang berfungsi untuk mengirimkan latitude longitude
melalui jaringan internet ke web server dan
menyimpan nya ke database. Setelah menerima data dari database (firebase) maka
selanjutnya akan diteruskan ke smartphone untuk memudahkan pengecekan sampah tersebut. Jika tempat tersebut
telah terisi penuh maka akan
muncul notifikasi pada smartphone.
2.
Selanjutnya
tahap screening, tahap ini digunakan untuk menampung sampah-sampah yang
berukuran lebih kecil yang bisa melewati tahap sebelumnya yaitu preliminary
treatment. Pada bagian ini diberikan jeruji saring yang berukuran 2 mm. Jeruji
saring besi ini dipilih karena kemudahan dalam pengangkutan sampah ketika
penuh. Untuk mendeteksi sampah ketika penuh, diberikan fasilitas seperti pada tahap
preliminary treatment.
3.
Sand filter, tahap ini menggunakan filter mesh stainless stell berukuran
0.10 mm dan lapisan pasir silika
sebagai media utamanya, ini dilakukan untuk menahan mikroplastik yang berukuran
lebih kecil dari 2mm. Lapisan
penyangga terbuat dari batu kerikil, gravel ataupun anthracite yang diletakkan secara diagonal.
Selanjutnya diberikan 3 jalur untuk dilewati air, 1 jalur tengah menuju ke
microplastic shelter, 2 jalur lainnya untuk air yang telah terfiltrasi dan
menuju langsung ke lautan. Pada jalur bagian tengah diberikan gelombang akustik
dengan menggunakan perangkat bulk acoustic wave yang berfungsi untuk mendorong
partikel mikroplastik yang berhasil lolos pada bagian sand filter untuk masuk
ke microplastic shelter.
4.
Tahap
terakhir yaitu microplastic shelter, ini sebagai wadah penampung mikroplastik
yang akan di tindak lanjuti secara kimia guna menghilangkan mikroplastik
tersebut. Pada bagian ini juga diberikan fasilitas pendeteksi seperti pada
bagian-bagian sebelumnya.
Mekanisme
kerja alat FEMILA, diawali dengan sensor ultrasonik yang berfungsi untuk memantau banyak
nya sampah yang terdapat pada masing-masing
bagian dan dideteksi dengan mikrokontroler arduino uno. Inputan yang masuk ke
arduino uno akan diproses dan kemudian ditentukan perintah-perintah selanjutnya
yang telah diprogram didalam mikrokontroler tersebut. Setelah di proses oleh
mikrokontroler, maka akan menghasilkan output pada modul SIM808 berupa latitude
longitude dan status sampah, serta akan dikirimkan langsung melalui jaringan
internet ke web server. Fungsi dari web server ini sebagai jembatan penghubung
antara arduino uno dengan firebase. Ini dilakukan karena aurduino uno tidak
memiliki kemampuan enkripsi data sehingga tidak dapat mengirimkan data langsung
ke firebase.
Setelah data
berada pada web server, selanjutnya data tersebut akan disimpan pada database
atau firebase. Firebase disini telah memiliki kemampuan event handler, dimana
setiap terjadi perubahan bisa segera terdeteksi dan ditangani. Langkah
selanjutnya yang dilakukan setelah firebase menerima data dari web server adalah meneruskan data tersebut ke aplikasi android yang terdapat
pada smartphone. Dan akan
memunculkan notifikasi jika ada salah satu bagian dari FEMILA telah terisi
penuh oleh sampah.
Dalam upaya merealisasikan FEMILA,
prediksi anggaran sangat dibutuhkan. Berikut prediksi harga dari beberapa
barang yang dibutuhkan dengan lebar muara per 10 meter:
Untuk mendapatkan gambaran lebih
lanjut tentang kekuatan dan kelemahan FEMILA
ini, maka dilakukannya analisis SWOT. Berikut
analisa yang didapatkan diantaranya:
a.
Kekuatan
Memudahkan dalam penjagaan sampah di lautan
Terdapat pengingat berupa notifikasi
pada smartphone jika sampah telah terisi penuh
b. Kelemahan
Rutin dalam perawatan dan
pengembangan alat dikarenakan ukuran mikroplastik yang sangat kecil.
c. Peluang
Teknologi ini dapat meningkatkan
pendapatan negara dan juga dapat mengatasi permasalahan di lautan. Menjadi
salah satu produk yang dapat menanggulangi efek rumah kaca.
d. Ancaman
Mikroplastik dengan ukuran
sangat kecil dapat
lolos dalam penyaringan
PENUTUP
Jika semua
pihak mendukung terealisasinya gagasan ini, maka selanjutnya akan terus
dikembangkan metode untuk meningkatkan efisiensi dari penggunaan FEMILA. Satu
diantara pengembangan yang dapat di implementasikan ialah software berteknologi
Artificial Intelligence (AI) yang
sedang dikembangkan oleh perusahaan Jepang yaitu NEC Corp dan JAMSTEC. Cara
kerja software ini dengan pengenalan
gambar berdasarkan rapid machine-learning dan menggabungkan teknologi deep
learning. Software tersebut diletakkan pada jalur sand filter yang menuju langsung ke lautan, ini berguna untuk
mendeteksi mikroplastik yang berhasil lolos pada alat FEMILA. Dengan
terlaksananya gagasan ini, maka akan sangat membantu untuk mengurangi
mikroplastik dan diprediksikan dapat meningkatkan kehidupan biota laut dan
menjadikan lautan dapat menyerap karbon dioksida lebih baik lagi. Berdasarkan
penjelasan diatas, penggunaan FEMILA dinilai efektif untuk mengurangi sampah
dan mikroplastik di lautan yang saat ini tengah menjadi
perbincangan oleh banyak
kalangan.
Penerapan solusi ini mampu memberikan keunggulan dari sektor industri
dan juga lingkungan. Inovasi ini
juga diharapkan dapat menjadi salah satu alat yang dapat menanggulangi krisis
iklim di Indonesia, serta menjadi contoh bagi negara luar dalam hal
penanggulangan sampah untuk menekan tingginya pemanasan global yang berpengaruh
besar terhadap climate change.
DAFTAR PUSTAKA
Egbeocha, C.
O., Malek, S., Emenike, C. U., & Milow, P. (2018). Feasting On
Microplastics: Ingestion By And Effects On Marine Organisms. Aquatic Biology,
27, 93-106.
Eriksen, M.,
Mason, S., Wilson, S., Box, C., Zellers, A., Edwards, W., ... & Amato, S.
(2013). Microplastic Pollution In The Surface Waters Of The Laurentian Great
Lakes. Marine Pollution Bulletin, 77(1-2), 177-182.
Hemachandran,
E., Laurell, T., & Sen, A. K. (2019). Continuous Droplet Coalescence In A
Microchannel Coflow Using Bulk Acoustic Waves. Physical Review Applied, 12(4),
044008.
Ilyasa, R. M. A. (2020). Analisis
Pertanggungjawaban Negara Yang Menimbulkan
Dampak Kerugian Dalam Kasus Pembuangan Sampah Plastik Di Samudra Pasifik Dalam
Perspektif Hukum Internasional. Padjadjaran Law Review, 8(1), 40-55.
Isobe, A.,
Azuma, T., Cordova, M. R., Cózar, A., Galgani, F., Hagita, R., ... & Zhang,
W. (2021). A Multilevel Dataset Of Microplastic Abundance In The World’s Upper Ocean And The Laurentian Great
Lakes. Microplastics And Nanoplastics, 1(1), 1-14.
Jenihansen,
Ricky. (2021, November 3). Terus Bertambah, Jumlah Mikroplastik Di Lautan Mencapai 24,4 Triliun.
Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi. (2021). “Gelar Webinar
Pengelolaan Sampah Di Kapal Dan Pelabuhan, Kemenko Marves Tekankan Pentingnya
Penanganan Sampah Laut Secara Terintegrasi” (27 Januari). Accessed
From Https://Maritim.Go.Id/Gelar-Webinar-Pengelolaan-
Sampah-Kapal-Pelabuhan-Kemenko-Marves/
Lestari, N. P. R., Raharjo, Y. S., & Winardi, S. (2019). Notifikasi Kondisi Sampah Penuh
Secara Realtime Melalui Smartphone. E- Narodroid, 5(2), 68-74.
Lewi, E. B.,
Sunarya, U., & Ramadan, D. N. (2017). Sistem Monitoring Ketinggian Air Berbasis Internet Of Things Menggunakan Google Firebase.
Eproceedings Of Applied Science, 3(2).
Prastyawati,
F. W. (2017). Menelusuri Sampah Laut Di Kepulauan Seribu (Doctoral
Dissertation, Universitas Multimedia Nusantara).
Šomplák, R.,
Pavlas, M., Nevrlý, V., Touš, M., & Popela, P. (2019). Contribution To
Global Warming Potential By Waste Producers: Identification By Reverse Logistic
Modelling. Journal Of Cleaner Production, 208, 1294- 1303.
Vivekanand,
A. C., Mohapatra, S., & Tyagi, V. K. (2021). Microplastics In Aquatic
Environment: Challenges And Perspectives. Chemosphere, 282, 131151.
Yamamoto, A., Abe-Ouchi, A., & Yamanaka, Y. (2018).
Long-Term Response Of Oceanic Carbon Uptake To Global Warming Via Physical And
Biological Pumps. Biogeosciences, 15(13), 4163-41
Oleh, Heriyanto,S.H.I.
PENDAHULUAN
Sampah
menjadi salah satu penyebab dari berbagai masalah di dunia, diantaranya ialah
pemanasan global. Pemanasan global termasuk krisis iklim yang merugikan dan menjadi
ancaman manusia, lantaran suhu bumi yang menaik (Šomplák et al., 2019).
Selanjutnya sampah juga bisa terdegradasi menjadi lebih kecil lagi yang akan
menjadikannya mikroplastik. Mikroplastik memiliki dampak negatif yang sangat
banyak, terkhususnya di lautan (Vivekanand et al., 2021). Sebagaimana yang kita
ketahui, lautan menjadi tempat penyerapan karbon dioksida dalam jumlah yang
sangat banyak (Yamamoto, A., Abe-Ouchi, A., & Yamanaka, Y., 2018).
Banyaknya
mikroplastik di lautan merupakan awal yang menakutkan bagi perubahan iklim
dunia. Sebagaimana yang dikatakan oleh tim koordinasi sekretariat nasional
penanganan sampah laut bahwa data sementara dari total sampah yang masuk ke
laut pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 521.540 ton dan sekitar 12.785 ton
berasal dari aktivitas laut (Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, 2021). Sebuah penelitian yang
dipimpin oleh peneliti Kyushu University mengemukakan banyaknya mikroplastik
yang telah ditemukan dari seluruh dunia sejak tahun 2000 hingga 2019 ada 24,4
triliun keping atau sekitar 578.000
ton, jumlah tersebut setara dengan sekitar 30 miliar botol air mineral plastik
500 ml dan kemungkinan besar jumlah sebenarnya akan jauh lebih banyak (Isobe et
al., 2021). Jumlah sampah yang sangat banyak
tersebut pada akhirnya akan tertandingi oleh banyaknya ikan di lautan.
Diperkirakan pada tahun 2025 rasio
jumlah plastik terhadap
ikan laut adalah 1:3
dan pada
tahun 2050 jumlah sampah akan lebih banyak di lautan (Ilyasa, R. M. A., 2020). Dengan melimpahnya sampah
dan mikroplastik di lautan, tentu banyak sekali dampak buruk yang terjadi baik
itu bagi lautan dan ekosistem didalam nya. Akibat yang terjadi jika biota laut
tertelan sampah dan mikroplastik ialah mengakibatkan penghambatan dalam penetasan telur dan pertumbuhan larva, pengurangan tingkat aktivitas, merusak beberapa struktur
organ dan jaringan pada ikan hingga kematian (Egbeocha et al., 2018).
Ketika
ekosistem laut lebih sedikit jumlahnya daripada sampah di lautan, maka akan
berakibat pada penurunan fungsi laut sebagai penyerapan karbon dioksida. Dimana
karbon dioksida menjadi salah satu gas yang ikut menyumbang efek rumah kaca,
dan efek rumah kaca yang berlebihan akan menyebabkan perubahan iklim di
Indonesia dan dunia (Yamamoto, A., Abe-Ouchi, A., & Yamanaka, Y., 2018).
Beranjak dari kondisi ini, penulis mengusulkan sebuah perancangan inovasi
berbasis internet of things bernama FEMILA yang
bertujuan untuk mengurangi mikroplastik di lautan, dengan tujuan utama
teknologi hijau guna mengurangi dampak pemanasan global.
ISI
Sebagaimana yang kita ketahui, muara
merupakan perbatasan antara sungai dan laut yang menjadi tempat utama lalu
lintas nya sampah yang akan masuk ke samudera. Jika kita dapat memanfaatkan
muara dengan baik, maka lautan dapat terjaga dan krisis iklim pun dapat
teratasi. Penjelasan mengenai alat-alat yang digunakan dalam pengembangan
FEMILA sebagai berikut:
•
Sensor ultrasonic HC-SR04 Sensor yang bekerja dengan
mengeluarkan pantulan gelombang suara kemudian pantulan tersebut
diterima dan diproses untuk mengetahui jarak antara sensor dengan objek
(sampah). Gelombang ini dibangkitkan dengan piezoelektrik dengan frekuensi tertentu.
•
Modul SIM808
SIM808 berfungsi untuk mendapatkan data GPS dan mengirimkan data ke internet, ini digunakan untuk
mendapatkan posisi atau lokasi yang dituju. Modul
SIM808 membutuhkan Arduino
sebagai hardware dalam perancangannya.
•
Google
firebase Firebase adalah penyedia layanan real time database dan backend yang
saat ini dimiliki oleh Google. Google Firebase terdapat fitur firebase real
time database dengan kelebihannya adalah dapat menyimpan data secara lokal
ketika tidak ada akses internet, kemudian melakukan sync data segera setelah
mendapatkan akses internet.
•
Web server
Server atau web server adalah sebuah software yang berfungsi sebagai penerima
permintaan yang dikirimkan melalui browser kemudian memberikan tanggapan
permintaan dalam bentuk halaman situs web atau lebih umumnya dalam dokumen
HTML. Fungsi utama nya untuk melakukan atau mentransfer berkas permintaan
pengguna melalui protokol komunikasi yang telah ditentukan sedemikian rupa.
•
Bulk
acoustic wave Bulk acoustic wave adalah filter yang terbuat dari material piezoelektrik
berupa kristal quartz yang terletak diantara dua lapisan elektrode. Dengan
struktur ini gelombangkan akan merambat vertikal pada seluruh bagian
piezoelektrik. Filter BAW beroperasi pada rentang frekuensi diatas 1.5 GHz dan
tidak sensitive terhadap perubahan suhu.
Penjelasan mengenai gambar
diatas:
1.
Tahap
preliminary treatment, tahap ini di design
untuk menampung sampah yang terlihat oleh mata telanjang. Bagian ini
terdapat sistem drainase yang berfungsi untuk mencegah meluapnya air disana.
Setelah itu diberikan jaring sebesar 3 cm x 4cm, berfungsi untuk menampung dan
menjaga sampah agar tetap berada pada area tersebut. Selanjutnya terdapat sensor
ultrasonik yang digunakan untuk mendeteksi ketika sampah telah penuh. Dan juga
terdapat modul SIM808 yang berfungsi untuk mengirimkan latitude longitude
melalui jaringan internet ke web server dan
menyimpan nya ke database. Setelah menerima data dari database (firebase) maka
selanjutnya akan diteruskan ke smartphone untuk memudahkan pengecekan sampah tersebut. Jika tempat tersebut
telah terisi penuh maka akan
muncul notifikasi pada smartphone.
2.
Selanjutnya
tahap screening, tahap ini digunakan untuk menampung sampah-sampah yang
berukuran lebih kecil yang bisa melewati tahap sebelumnya yaitu preliminary
treatment. Pada bagian ini diberikan jeruji saring yang berukuran 2 mm. Jeruji
saring besi ini dipilih karena kemudahan dalam pengangkutan sampah ketika
penuh. Untuk mendeteksi sampah ketika penuh, diberikan fasilitas seperti pada tahap
preliminary treatment.
3.
Sand filter, tahap ini menggunakan filter mesh stainless stell berukuran
0.10 mm dan lapisan pasir silika
sebagai media utamanya, ini dilakukan untuk menahan mikroplastik yang berukuran
lebih kecil dari 2mm. Lapisan
penyangga terbuat dari batu kerikil, gravel ataupun anthracite yang diletakkan secara diagonal.
Selanjutnya diberikan 3 jalur untuk dilewati air, 1 jalur tengah menuju ke
microplastic shelter, 2 jalur lainnya untuk air yang telah terfiltrasi dan
menuju langsung ke lautan. Pada jalur bagian tengah diberikan gelombang akustik
dengan menggunakan perangkat bulk acoustic wave yang berfungsi untuk mendorong
partikel mikroplastik yang berhasil lolos pada bagian sand filter untuk masuk
ke microplastic shelter.
4.
Tahap
terakhir yaitu microplastic shelter, ini sebagai wadah penampung mikroplastik
yang akan di tindak lanjuti secara kimia guna menghilangkan mikroplastik
tersebut. Pada bagian ini juga diberikan fasilitas pendeteksi seperti pada
bagian-bagian sebelumnya.
Mekanisme
kerja alat FEMILA, diawali dengan sensor ultrasonik yang berfungsi untuk memantau banyak
nya sampah yang terdapat pada masing-masing
bagian dan dideteksi dengan mikrokontroler arduino uno. Inputan yang masuk ke
arduino uno akan diproses dan kemudian ditentukan perintah-perintah selanjutnya
yang telah diprogram didalam mikrokontroler tersebut. Setelah di proses oleh
mikrokontroler, maka akan menghasilkan output pada modul SIM808 berupa latitude
longitude dan status sampah, serta akan dikirimkan langsung melalui jaringan
internet ke web server. Fungsi dari web server ini sebagai jembatan penghubung
antara arduino uno dengan firebase. Ini dilakukan karena aurduino uno tidak
memiliki kemampuan enkripsi data sehingga tidak dapat mengirimkan data langsung
ke firebase.
Setelah data
berada pada web server, selanjutnya data tersebut akan disimpan pada database
atau firebase. Firebase disini telah memiliki kemampuan event handler, dimana
setiap terjadi perubahan bisa segera terdeteksi dan ditangani. Langkah
selanjutnya yang dilakukan setelah firebase menerima data dari web server adalah meneruskan data tersebut ke aplikasi android yang terdapat
pada smartphone. Dan akan
memunculkan notifikasi jika ada salah satu bagian dari FEMILA telah terisi
penuh oleh sampah.
Dalam upaya merealisasikan FEMILA,
prediksi anggaran sangat dibutuhkan. Berikut prediksi harga dari beberapa
barang yang dibutuhkan dengan lebar muara per 10 meter:
Untuk mendapatkan gambaran lebih
lanjut tentang kekuatan dan kelemahan FEMILA
ini, maka dilakukannya analisis SWOT. Berikut
analisa yang didapatkan diantaranya:
a.
Kekuatan
Memudahkan dalam penjagaan sampah di lautan
Terdapat pengingat berupa notifikasi
pada smartphone jika sampah telah terisi penuh
b. Kelemahan
Rutin dalam perawatan dan
pengembangan alat dikarenakan ukuran mikroplastik yang sangat kecil.
c. Peluang
Teknologi ini dapat meningkatkan
pendapatan negara dan juga dapat mengatasi permasalahan di lautan. Menjadi
salah satu produk yang dapat menanggulangi efek rumah kaca.
d. Ancaman
Mikroplastik dengan ukuran
sangat kecil dapat
lolos dalam penyaringan
PENUTUP
Jika semua
pihak mendukung terealisasinya gagasan ini, maka selanjutnya akan terus
dikembangkan metode untuk meningkatkan efisiensi dari penggunaan FEMILA. Satu
diantara pengembangan yang dapat di implementasikan ialah software berteknologi
Artificial Intelligence (AI) yang
sedang dikembangkan oleh perusahaan Jepang yaitu NEC Corp dan JAMSTEC. Cara
kerja software ini dengan pengenalan
gambar berdasarkan rapid machine-learning dan menggabungkan teknologi deep
learning. Software tersebut diletakkan pada jalur sand filter yang menuju langsung ke lautan, ini berguna untuk
mendeteksi mikroplastik yang berhasil lolos pada alat FEMILA. Dengan
terlaksananya gagasan ini, maka akan sangat membantu untuk mengurangi
mikroplastik dan diprediksikan dapat meningkatkan kehidupan biota laut dan
menjadikan lautan dapat menyerap karbon dioksida lebih baik lagi. Berdasarkan
penjelasan diatas, penggunaan FEMILA dinilai efektif untuk mengurangi sampah
dan mikroplastik di lautan yang saat ini tengah menjadi
perbincangan oleh banyak
kalangan.
Penerapan solusi ini mampu memberikan keunggulan dari sektor industri
dan juga lingkungan. Inovasi ini
juga diharapkan dapat menjadi salah satu alat yang dapat menanggulangi krisis
iklim di Indonesia, serta menjadi contoh bagi negara luar dalam hal
penanggulangan sampah untuk menekan tingginya pemanasan global yang berpengaruh
besar terhadap climate change.
DAFTAR PUSTAKA
Egbeocha, C.
O., Malek, S., Emenike, C. U., & Milow, P. (2018). Feasting On
Microplastics: Ingestion By And Effects On Marine Organisms. Aquatic Biology,
27, 93-106.
Eriksen, M.,
Mason, S., Wilson, S., Box, C., Zellers, A., Edwards, W., ... & Amato, S.
(2013). Microplastic Pollution In The Surface Waters Of The Laurentian Great
Lakes. Marine Pollution Bulletin, 77(1-2), 177-182.
Hemachandran,
E., Laurell, T., & Sen, A. K. (2019). Continuous Droplet Coalescence In A
Microchannel Coflow Using Bulk Acoustic Waves. Physical Review Applied, 12(4),
044008.
Ilyasa, R. M. A. (2020). Analisis
Pertanggungjawaban Negara Yang Menimbulkan
Dampak Kerugian Dalam Kasus Pembuangan Sampah Plastik Di Samudra Pasifik Dalam
Perspektif Hukum Internasional. Padjadjaran Law Review, 8(1), 40-55.
Isobe, A.,
Azuma, T., Cordova, M. R., Cózar, A., Galgani, F., Hagita, R., ... & Zhang,
W. (2021). A Multilevel Dataset Of Microplastic Abundance In The World’s Upper Ocean And The Laurentian Great
Lakes. Microplastics And Nanoplastics, 1(1), 1-14.
Jenihansen,
Ricky. (2021, November 3). Terus Bertambah, Jumlah Mikroplastik Di Lautan Mencapai 24,4 Triliun.
Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi. (2021). “Gelar Webinar
Pengelolaan Sampah Di Kapal Dan Pelabuhan, Kemenko Marves Tekankan Pentingnya
Penanganan Sampah Laut Secara Terintegrasi” (27 Januari). Accessed
From Https://Maritim.Go.Id/Gelar-Webinar-Pengelolaan-
Sampah-Kapal-Pelabuhan-Kemenko-Marves/
Lestari, N. P. R., Raharjo, Y. S., & Winardi, S. (2019). Notifikasi Kondisi Sampah Penuh
Secara Realtime Melalui Smartphone. E- Narodroid, 5(2), 68-74.
Lewi, E. B.,
Sunarya, U., & Ramadan, D. N. (2017). Sistem Monitoring Ketinggian Air Berbasis Internet Of Things Menggunakan Google Firebase.
Eproceedings Of Applied Science, 3(2).
Prastyawati,
F. W. (2017). Menelusuri Sampah Laut Di Kepulauan Seribu (Doctoral
Dissertation, Universitas Multimedia Nusantara).
Šomplák, R.,
Pavlas, M., Nevrlý, V., Touš, M., & Popela, P. (2019). Contribution To
Global Warming Potential By Waste Producers: Identification By Reverse Logistic
Modelling. Journal Of Cleaner Production, 208, 1294- 1303.
Vivekanand,
A. C., Mohapatra, S., & Tyagi, V. K. (2021). Microplastics In Aquatic
Environment: Challenges And Perspectives. Chemosphere, 282, 131151.
Yamamoto, A., Abe-Ouchi, A., & Yamanaka, Y. (2018).
Long-Term Response Of Oceanic Carbon Uptake To Global Warming Via Physical And
Biological Pumps. Biogeosciences, 15(13), 4163-41